Home » » Kemunculan Atribut PKI Dinilai Pengalihan Isu

Kemunculan Atribut PKI Dinilai Pengalihan Isu

Posted by Atjeh-News

(Merdeka)

Aparat penegak hukum semakin intensif menindak hal-hal yang berhubungan dengan komunisme. Termasuk terhadap simbol-simbol yang mirip lambang Partai Komunis Indonesia (PKI).
Peneliti sejarah dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Asvi Warman Adam menilai, ada lima teori yang bisa menjelaskan munculnya atribut-atribut PKI tersebut. Salah satunya untuk pengalihan isu.
Menurut dia, saat ini ada banyak masalah yang sangat besar dan krusial untuk bangsa ini, tetapi terpinggirkan karena fokus masyarakat beralih pada kemunculan atribut-atribut berbau komunis.
“Seperti masalah Tax Amnesty (pengampunan pajak). Itu sesuatu yang sangat krusial dan perlu dikaji dengan seksama,” ucap Asvi saat dihubungi, Rabu, 11 Mei 2016.
Isu komunisme, kata Asvi, kembali merebak dan digunakan sebagai pengalih isu karena tema peristiwa 1965 tengah hangat diperbicangkan belakangan ini. Isu tersebut juga sensitif dan memancing perhatian.
Kedua, kemunculan atribut-atribut tersebut adalah tanda pembentukan aliansi lama. Pada 1965, ada aliansi antara tentara dengan berbagai kelompok Islam, yang dibentuk untuk memberantas komunisme.
Asvi melihat, upaya membasmi komunisme tak lagi relevan. Di sisi lain, upaya untuk membangkitkan aliansi cenderung lebih terlihat.
“Tujuannya untuk memperoleh pengaruh politik pada masa ini dan yang akan datang,” ujarnya.
Kemunculan atribut-atribut tersebut, kata Asvi, juga bisa dianggap sebagai tanda kebangkitan PKI. Namun, teori ini dinilainya sangat lemah. Sebab, hingga saat ini tak ada satu partai pun yang memiliki ideologi komunis.
Kemungkinan untuk melakukan perebutan kekuasaan juga dinilai tak mungkin karena tak ada organisasi yang dekat dengan ideologi itu.
“Jadi teori bahwa PKI bangkit lagi sangat naif dan tidak masuk akal,” kata Asvi.
Keempat, kemunculan atribut-atribut tersebut juga dianggap sebagai keisengan anak muda. Misalnya, dengan kemunculan kaus band Kreator yang menggunakan logo palu arit.
Menurut Asvi, tak aneh bagi band tahun 1990-an asal Jerman Timur tersebut menggunakan atribut palu arit.
Ia melihat, pemunculan gambar-gambar tersebut sangat sistematis, terutama sejak Orde Baru menjelang tanggal 30 September.
Namun, karena isu rehabilitasi dan rekonsiliasi korban 1965 sedang hangat dibicarakan, maka kemunculannya tidak pada tanggal 30 September.
“Ini suatu rutinitas yang biasanya dilakukan 30 September, sekarang dipercepat. Jadi teori keisengan anak muda ini tidak tepat. Hanya satu dia kasus,” kata dia.
Adapun teori terakhir, menurut Asvi, kemunculan atribut-atribut PKI ini dianggap sebagai kelemahan intelijen.
Sebabnya, penggerebekan toko yang menjual kaus band dengan logo palu arit dianggap tidak memiliki unsur pemberontakan. Artinya, ada kelemahan intelijen.
“Masa cuma kaus ditangkap sedangkan tidak ada kaitannya dengan upaya untuk menggulingkan kekuasaan,” tuturnya.**(Kompas)


0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.